Garut, Suku Tionghua, sejarah Cukur Rambut

Kiprah tukang cukur di Indonesia menarik untuk ditelisik. Selama ini ada dua daerah yang dikenal sebagai penghasil tukang cukur di negeri ini, Garut dan Madura. Sejak kapan orang-orang dari kota
intan dan pulau garam ini menjadi tukang pangkas rambut, dan mengapa profesi itu yang mereka pilih?
Pada awalnya penyebaran cikal bakal tukang cukur asal Garut dan Madura ke seluruh nusantara ini tidak terlepas dari adanya konflikdi daerah masing-masing.
Dede Saefudin, Kepala Desa Bagendit (salah satu desa pemasok tukang cukur Garut) dalam sebuah wawancara di Trans7 (20/11/2013) mengatakan bahwa kiprah orang Garut mulai jadi tukang cukur itu diawali pada saat adanya pemberontakan DI/TII.  Dalam kurun waktu antara tahun 1949 hingga tahun 1950-an banyak orang Garut yang mengungsi ke berbagai daerah untuk menyelamatkan
diri. Untuk bertahan hidup, salah seorang diantaranya ada yang memilih menjadi tukang pangkas rambut. Melihat kesuksesannya banyak pemuda asal Garut, khususnya orang Banyuresmi, Wanaraja, dan sekitarnya yang kemudian mengikuti jejak sebagai pencukur rambut.

Orang Madura sudah bermigrasi sejak lama. Muh Syamsuddin(2007) dalam jurnalnya tentang Agama, migrasi dan orang Madura menuliskan bahwa konflik antara Trunojoyo dan Amangkurat II (1677) menyebabkan pengikut-pengikut Trunojoyo enggan kembali ke Madura.
Mereka akhirnya menyebar ke berbagai daerah di Indonesia. Orangorang ini pada beberapa masa kemudian memilih mencari nafkah di sektor informal, seperti tukang soto, tukang sate, dan tukang cukur. Selain kuatnya tradisi migrasi itu merupakan bentuk jawaban terhadap kondisi ekologis pulau Madura yang gersang dan tandus Bila melihat dokumen masa lalu, orang Madura sepertinya lebih
dulu menjadi tukang cukur. KITLV/ Royal Netherland Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies memiliki dokumentasi foto yang menggambarkan aktivitas orang Madura di Surabaya yang
berprofesi sebagai tukang cukur pada tahun 1911 dan 1920.

Selain orang Madura, orang Cina di Indonesia juga diketahui ada yang berprofesi sebagai tukang cukur di masa lalu. Entah siapa yang lebih dulu mengenalkan profesi tersebut. Haryoto Kunto dalam Wajah Bandoeng Tempo Doeloe (1984) pernah menuliskan bahwa orang Cina di Bandung pada masa lalu dikenal menguasai profesi sebagai pemangkas rambut dan mengorek kotoran telinga dengan alat yang disebut ”kili-kili.”

Tak hanya orang Cina, pada zaman penjajahan Belanda, orangJepang pun diketahui sudah ada yang memiliki toko pangkas rambut. Seperti di Alun-alun Bandung yang pada tahun 1932 diketahui ada toko Tjijoda, toko Nanko, dan

 Toyama. Belum diketahui, apakah saat itu ada orang Garut atau Madura yang bekerja menjadi tukang pangkas rambutdi toko-toko tersebut. Jika melihat kurun waktu di atas, kepada siapakah
orang Garut pertama kali belajar menjadi tukang cukur? Kepada orangMadura, Cina atau Jepang? Ini yang belum terjawab. Yang pasti kiniada sekitar 15 ribu tukang cukur asal Garut yang tergabung dalam Paguyuban Warga asal Garut di Jakarta dan sekitarnya (Asgar Jaya).
Ternyata banyak juga. Ada sedikit kemiripan dari pola migrasi tukang cukur Garut dan
Madura ini. Dari hasil obrolan saya dengan beberapa tukang cukur asgar(Asal Garut), tidak semua tukang cukur menetap secara permanen di kotanya. Ada yang bersifat temporer. Setelah usai musim tanam merekabiasanya pergi ke kota untuk menjadi tukang cukur, nanti setelah tiba
musim panen mereka akan pulang kembali ke desa. Ada juga yang bersifat dadakan. Ketika tiba musimmarema seperti menjelang hariraya, pemilik kios cukur di kota akan meminta bantuan saudara atau kerabatnya yang berada di desa untuk memenuhi permintaan jasa cukur
yang meningkat. Malam lebaran, sehari menjelang hari raya mereka akan mudik ke kampung bersama-sama.

Fenomena semacam ini terjadi juga pada orang Madura. Seperti diungkap Muh Syamsuddin, para migran tersebut pada musim tanam mereka pulang (toron) ke Madura untuk menggarap sawah dan
ladangnya,kemudian setelah selesai mereka kembali lagi (ongge), dan begitu juga pada musim panen mereka kembali pulang dan sebaliknya. Satu hal lagi yang menarik tentang tukang cukur ini adalah
kekeluargaan diantara mereka. Kebanyakan kios cukur berisi lebih dari satu orang, dan biasanya mereka itu memiliki hubungan keluarga,kerabat, atau teman sekampung. Banyaknya kaum migran desa-kota yang terikat oleh asal muasal dan kekerabatan pada akhirnya mampu melestarikan ikatan yang kuat dengan komunitas asal mereka dalam membangun komunitas baru di kota.

Usaha barbershop di Indonesia memiliki peluang yang sangat baik, terbukti dengan berdirinya puluhan atau bahkan ratusan barbershop yang tersebar di seluruh penjuru tanah air. Di zaman digital
plus metroseksual ini, kian banyak lelaki yang mendambakan penampilan elok dan rapi. Buktinya pelanggan salon-salon ketampanan para lelaki itu tetap membeludak.

Agar tak dicap keperempuanperempuanan, barbershop umumnya menampilkan nuansa maskulin
yang amat kental, mulai dari desain interior yang bertema pria, sumber daya manusia (tukang cukur) yang juga pria dan konsumen/pengunjung pun khusus untuk pria dan satu hal unik yang menjadi ciri khas barbershop adalah pembayaran jasa pelayanan barbershop harus dilakukan secara tunai tanpa menggunakan kartu kredit atau alat pembayaran lainnya.

Tidak sembarang tempat potong rambut dan merapikan kumis jenggot bisa menyandang nama barbershop. Sebuah barbershop harus dilengkapi berbagai peralatan khas. Sebutlah lampu berulir dengan warna merah, putih, biru yang berputar-putar di depan toko. Barbershop
juga harus memiliki tempat duduk khusus dengan satu kaki untuk potong rambut. Barbershop tidak memiliki batasan usia baik anak-anak maupun dewasa dapat berkunjung ke sana. Sebenarnya Barbershop hendak menjaring para lelaki yang hendak ''merapikan'' dirinya. Mau merapikan rambut di DPR alias di bawah pohon rindang, mereka enggan. Selain dirasa kurang nyaman, juga tidak bergengsi. Mau masukke salon biasa, mereka juga malu dibilang feminin. Maklum, salonsalon
biasa memang kebanyakan diisi perempuan. Oleh karena itu barbershop menjadi pilihan yang sangat tepat bagi mereka.


Diambil dari :http://abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0810020_bab2.pdf

Redaksi Salon Indonesiablogspot

Tertarik Produk Anda di Publikasi

Hubungi:
Redaksi Salon Indonesia

Powered By Blogger

Link Seputar Dunia Salon dari Indonesia

Salon
Make up Artist Indonesia
Produk
Kosmetik
SPA
Majalah
dll

Salon Indoneisa

Salon Indoneisa

Produk- Produk Salon

Travel Promo